enid
enid

Menanam Biji Kakao

Menanam Biji Kakao

daerah asal

Pembuatan cokelat dimulai dengan biji kakao. Biji kakao adalah biji dari pohon kakao, tanaman tropis yang tumbuh subur hanya di daerah beriklim panas dan memiliki iklim hujan. Pohon kakao tumbuh di hutan hujan tropis di seluruh dunia dalam garis lintang 20 derajat dari khatulistiwa di tempat-tempat tertentu seperti Brasil, Venezuela, dan Ekuador di Amerika Selatan. Pantai Gading dan Ghana di Afrika Barat, Malaysia dan Indonesia di Asia Tenggara. Di mana biji itu tumbuh di situlah karakteristik rasa kakao ditentukan — semua biji tidaklah sama.

Berdasarkan dokumentasi pada 2010, Indonesia adalah produsen kakao terbesar ketiga di dunia setelah Pantai Gading- Afrika (38%) dsan Ghana- Afrrika (19%). Indonesia menghasilkan 18% dari produksi dunia, atau sekitar 600.000 ton kakao per tahun.

Sebatang Pohon kakao dapat menghasilkan hampir dua ribu biji per tahun. Buahnya tumbuh dari cabang pohon dan anehnya buahnya itu tumbuh langsung dari batangnya. Pods – semacam kantung tanaman yang fungsinya melindungi biji — yang matang sepanjang tahun, membungkus pulp (getah, bubur) putih yang lengket dan juga membungkus sekitar 30 atau 40 biji. Pulp-nya memiliki rasa antara manis dan asam, bisa dimakan dan digunakan dalam membuat minuman. Bijinya, jika Anda menggigit saah satunya langsung dari pod rasanya sangat pahit. Sama sekali tidak seperti cokelat yang berasal dari pods ini nanti.

Varietas.
Varietas buah kakao termasuk dalam tiga klarifikasi.

Crioloo memiliki warna yang tidak mencolok dengan aroma unik dan menyenangkan, crioloo digunakan dalam cokelat terbaik

• Forastero lebih melimpah, lebih mudah ditanam dan memilki aroma yang lbih menyengat.

Trinitario adalah persilangan dari dua jenis lainnya dan umumnya memiliki aroma yang harum. Mayoritas cokelat dunia terbuat dari biji jenis Forastero.

Kunci untuk membuat cokelat yang enak adalah memiliki sumber biji dari berbagai daerah di dunia dan mengkombinaikannya bersama-sama untuk menghasilkan rasa yang unik.

Di Wahana Interfood Nusantara, PT kami hanya menggunakan fermentasi biji kakao jenis Criollo dan Trinitario terbaik untuk memproduksi produk kami.

Panen
Pohon kakao menghasilkan buah (atau pod) sepanjang tahun, tetapi proses panen biasanya musiman. Pada proses panen itulah dibutuhkan sentuhan yang halus karena pohon kakao sangat rapuh. Pelatihan dan pengalaman diperlukan untuk mendeteksi kapan buah sudah matang dan siap untuk dipanen. Pemanenan dilakukan oleh pekerja di atas tanah, mereka bisa menggunakan parang, atau tiang panjang untuk menggapai buah cokelat pada pohon dan dipadukan dengan parang juga pada akhirnya. Kemudian, pekerja membuka buah dengan berhati-hati menggunakan tangan agar tidak merusak biji di dalamnya. Sekitar 20 hingga 50 biji diambil dari buah yang sama, dan ada sekitar 400 biji yang diperlukan untuk membuat 0,5 kg cokelat.

Fermentasi
Berikutnya adalah salah satu langkah terpenting dalam proses pembuatan cokelat — fermentasi yang berfungsi unuk mengembangkan karakter dari citarasa cokelat. Tanpa fermentasi, cokelat tidak akan terasa seperti cokelat. Biji — yang masih lengket dengan getah — ditempatkan di lubang dalam tanah atau tong kayu yang ditutup dengan daun pisang, kemudian dibiarkan terfermentasi. Panas fermentasi mengubah rasa pahit dalam biji menjadi sesuatu yang lebih bisa dimakan, lebih terasa cokelat. Gula dalam biji berubah menjadi asam, warnanya berubah dari pucat menjadi cokelat tua dan pulp atau getah pun mencair. Durasi dari proses fermentasi tergantung pada jenis bijinya, mungkin perlu beberapa hari atau seminggu lebih.

Pengeringan
Setelah fermentasi biji dikeringkan . Di beberapa Negara, biji hanya disebar di atas nampan atau tikar dan dibiarkan kering di bawah sinar matahari. Selama pengeringan, biji-biji kakao ini kehlilangan hampir semua kelembabannya dan lebih dari setengah beratnya. Proses pengeringan ini umumnya memakan waktu lima hingga tujuh hari, dimana dalam prosesnya biji sering diputar.

Biji kakao juga dapat dikeringkan secara buatan dengan cara menghembuskan udara panas ke seluruh bagian biji dari api. Ini memotong waktu pengeringan hingga setengahnya, tapi meninggalkan asap dalam cokelat. Meskipun lebih murah, kacang yang dikeringkan dengan metode ini tidak digunakan untuk membuat cokelat premium di , PT.Wahana Interfood Nusantara

Setelah kacang kering kemudian dikemas dan dikirim ke produsen cokelat.